Mentalitas Feodal adalah hubungan bermasyarakat dengan sekat yang kuat dan hierarki yang sangat kontras antara Bos dan Jongos, Tuan dan Budak, Majikan dan Pembantu, Mentalitas inilah yang merusak hubungan bermasyarakat yang bertolak belakang dengan sila ke 5 Pancasila.
.
.
Merasa diri sebagai Bos, Majikan, Atasan, atau berasal dari status keluarga terhormat kemudian merasa harus dihormati, disanjung, dimuliakan, dilayani bak Raja, di elu elukan, adalah pengertian paling sederhana dari mental Feodal, di Mumtaza mental feodal tak ada tempat untuk tumbuh.
.
.
Tak peduli keturunan siapapun, anak siapapun, ponakan siapapun, semua santri wajib ikut kegiatan tanpa terkecuali tanpa ada perlakuan istimewa, hak special, atau status terhormat, dalam keseharian harus mau menyapu, mengepel, mencuci piring, tak terkecuali saat bersih bersih umum semua harus mau kotor, harus mau dan rela untuk angkut sampah ke tempat sampah, harus mau menggosok WC dan Kamar Mandi.
.
.
Hari ini kami Mumtaza mendapatkan bantuan gerobak sampah dari DLH Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bojonegoro, Literally (secara harfiah) gerobak ini kami gunakan untuk mengangkut sampah ke tempat pembuangan sementara untuk selanjutnya diangkut ke TPA, Figuratively (secara kiasan) gerobak sampah inilah yang akan mengangkut benih benih mental Feodal seluruh warga Mumtaza untuk dimusnahkan di Tempat Pembuangan Sampah Akhir, tanpa pandang status sosial semua santri harus merasakan jadi tukang sampah di Mumtaza.
Gerobak Sampah Ini Mengantarkan Mental Feodal Ke Tempat Sampah
