Pada tahun 2008, di sebuah tempat kecil di Ciputat, Ahmad Hafifi, pendiri dan pengasuh pondok pesantren Mumtaza memiliki sebuah tekad untuk membuka lembaga yang fokus untuk melatih kemampuan Bahasa Arab dan pendidikan Al-Qur`an. Tekad ini kemudian diwujudkan dengan berbagai bentuk kerjasama dengan beberapa pondok pesantren di daerah Ciputat dan pada akhirnya mampu membuka forum pertama pada akhir 2008. Setahun setelahnya, tepatnya pada tahun 2009, santri-santri perdana Mumtaza ini mampu lolos seleksi nasional Timur Tengah dan berangkat ke Mesir setelahnya. Dengan keberhasilan yang dicapai pada usaha perdana ini, nama Mumtaza semakin lama semakin muncul ke permukaan.
Karena dengan berbagai pertimbangan, sang putra daerah Ahmad Hafifi, pulang ke tempat kelahiran di Ngumpak Dalem Bojonegoro, bertekad membesarkan lembaga yang telah dirintisnya di Jakarta, demi kema-juan tempat kelahiran tercinta, dan terbukti sekarang tiap tahunnya ratusan santri dari seluruh penjuru Indonesia datang ke Mumta-za untuk belajar Bahasa Arab dan hafalan Qur’an, dibimbing oleh ustadz dan ustadzah jebolan universitas Luar Negeri terna-ma, seperti Mesir, Yaman, Malaysia, dan Turki, menjadikan orang tua semakin percaya untuk menitipkan anaknya di Mumtaza demi kelanjutan pendidikan yang lebih baik.
Terbukti pada Tahun 2019 ini, sebuah prestasi gemilang berhasil ditorehkan Mumtaza, bagaimana tidak? Dari 6000-an calon mahasiswa dari seluruh Indonesia yang mengikuti seleksi penerimaan Mahasiswa di Timur tengah, (Sudan, Maroko, dan Mesir) hanya ada 1000 mahasiswa yang diterima, bahkan dari 1000 mahasiswa yang lulus dari seluruh Indonesia itu, 233 di antaranya adalah calon Mahasiswa yang dibina oleh Mumtaza beserta para asatidznya itu berarti hampir seperem-pat dari kuota nasional adalah santri Mumta-za. Sebuah prestasi yang menjadikan Mumtaza sebagai Top Leader seantero Nusantara dalam bimbingan dan pembinaan calon Ma-hasiswa ke luar Negeri.
Tahun 2019 juga merupakan tahun di mana calon mahasiswa binaan Mumtaza di samping lulus diterima di Al Azhar Mesir, juga berhasil menembus beberapa universitas di negara lain,. Sedikitnya ada 63 Santri yang juga diterima di beberapa universitas di Turki, 2 santri di universitas di Sudan, dan 1 Santri di sebuah universitas di Pakistan.
Atas torehan prestasi yang berhasil digapai oleh Mumtaza selama ini, layak jika Mumtaza mendapatkan penghargaan sebagai pesantren rintisan putra daerah Bojonegoro yang berhasil mengantarkan santri binaannya diterima sebagai mahasiswa unversitas ternama di berbagai penjuru dunia.