Episode 4 Hari keempat

Gawat!! Para Wali Panik…!!… aduuh… gimana ini?

Keluar dari pintu bandara kami disambut hangat oleh keluarga Mumtaza Yordania dan HPMI Yordania, kisah sambutan ini sudah kami ceritakan di episode sebelumnya, para mahasiswa dijemput menggunakan bus, sedangkan kami dijemput oleh Afin, Furqaan dan Faalih dengan menggunakan mobil, beliau bertiga (Afin, Rurqaan dan Faalih) adalah mahasiswa Mumtaza Yordania angkatan pertama, kami dijemput menggunakan mobil sewaan, yang keren dari mobil-mobil di Jordan adalah mobil-mobil rental adalah mobil hybrid, mobil dengan kombinasi mesin bensin dan listrik, istimewa, sangat sangat istimewa.

Setelah makan bersama mahasiswa di restoran Hadramaut Amman kami melanjutkan perjalanan kami ke Irbid, dimana lokasi Yaromuk University berada, sebuah kota yang berbatasan langsung dengan Syria, kami sengaja memilih tinggal di rumah mahasiswa bukan tanpa alasan, kami ingin merasakan bagaimana keidupan mereka? apa yang mereka makan? Bagaimana perjalanan mereka ke kampus, bagaimana suasana belajar mereka? Semuanya kami ingin ikut merasakan, untuk nantinya bisa kami laporkan dalam bentuk dokumentasi tulisan, foto dan video. Laporan kepada siapa?

Laporan kepada ummat islam… heheehe…. Ya iyalah… selama ini Negara yang dikenal untuk belajar timur tengah hanya mesir, padahal ada banyak Negara timur tengah lain dengan kualitas kampus dan pembelajaran yang tak kalah dengan mesir dengan biaya yang juga terjangkau, salah satunya ya Yordania ini. Saya adalah salah satu dari sedikit orang yang percaya bahwa ketajaman sebuah tulisan takan ada yang menandingi kedahsyatannya, mesir itu viral ya karena Ayat-ayat Cinta, dan ingat, Ayat-ayat Cinta itu novel lho. Novel yang pada awalnya ditulis bersambung di Koran Republika, persis seperti tulisan ini, yang saya tulis bersambung di group-group mumtaza, website mumtaza, dan halaman facebook saya sendiri.

Ada masalah yang dihadapi Afin dan Faalih saat dalam perjalanan menjemput kami mereka mengalami pecah ban. Sehingga harus berhenti di pinggir jalan selama hampir 2 jam, untungnya ada orang Jordan yang baik (sebagai catatan semua orang Jordan baik-baik dan sangat sangat ramah, nanti kami ceritakan detailnya) orang Jordan tersebut bersedia membawa ban yang pecah tersebut ke tukang ban dan membelikannya ban baru, Zazakumullah ya urduni….

Sekitar 1,5 jam perjalanan sampailah kami di kota Irbid. Eh iya, ada sedikit cerita nih tentang perjalanan menuju ke kota Irbid, kita tuh kalau perjalanan dari Surabaya menuju malang sepanjang perjalanan kita akan menemui rumah penduduk, tiba-tiba sampai Malang, pertanyaannya? Hutannya mana? Karena ada cerita orang NTT saat perjalanan dari Surabaya menuju malang dia bilang : rumah rumah rumah rumah tiba tiba Malang!! Hutannya mana? Karena saat beliau orang NTT tersebut jalan di NTT dari satu kota ke kota lain, misal dari kota A ke kota B, saat rumah di kota A habis tinggalkan kiri kanan hutan, kemudian barulah ketika menemukan rumah setelah hutan tersebut barulah itu masuk kota B.

Sama seperti NTT, bedanya ketika berada di Jordan, ketika kita keluar dari kota Amman, kiri kanan kita adalah kosong berupa gurun pasir, nah ketika kita melihat ada rumah setelah gurun pasir tersebut barulah itu masuk kota baru, lebih tepatnya adalah kota Irbid. Sebuah kota yang berbatasan langsung dengan Syiria

Sesampainya di Irbid kami disambut oleh mahasiswa Mumtaza Yordania Irbid, kami menginap di rumah mahasiswa, kami merasakan langsung apa yang dirasakan mahasiswa? Jika ada pertanyaan “rasanya gimana pak?” Rasanya sama persis dengan rasa mahasiswa mesir, makannya, belanjanya, kehidupannya, sama persis. Mengapa tahu kok sama persis? Karena saya juga pernah menjadi mahasiswa di Mesir 4 tahun sehingga tahu betul bagaimana kehidupan mahasiswa.

Kondisi rumah mahasiswa disini gak jauh beda dengan kondisi rumah mahasiswa di Mesir, ada kamar, kamar tamu, dapur, dan kamar mandi, nah yang unik itu adalah kamar mandinya, bagaimana kamar mandinya? Di Mesir atau Jordan kamar mandi mayoritas ada bathtub, namun alih-alih digunakan untuk berendam, bathtub tersebut digunakan untuk menyimpan peralatan kamar mandi, hal yang agak aneh dari desain kamar mandi di Irbid adalah lubang tempat pembuangan air yang normalnya kita temukan di Indonesia berada di sudut kamar mandi, di Jordan lokasi pembuangan air berada di tengah tengah

Hari pertama tinggal di Irbid kami mendapat berita yang sempat membuat kami dan para orang tua kawatir, bagaimana tidak? Ada salah satu rumah mahasiswa baru Mumtaza yang didatangi orang tak dikenal, orang Arab, mengaku orang Jordan berasal dari dinas kesehatan Jordan, memaksa masuk dan memaksa menyuntik mereka semua penghuni rumah dengan cairan misterius, mereka tak mampu menolak karena mereka anak baru, ponsel mereka juga belum bisa digunakan untuk menghubungi kami dan beberapa senior Mumtaza karena baru saja mereka datang dan belum ada kartu Jordan, mereka semua seisi rumah disuntik dengan cairan misterius, dan mereka tak bisa berbuat apa-apa, untungnya mereka sempat memfoto beberapa petugas yang datang tersebut, saat mereka mengadu ke kami kami kumpulkan mereka dan kami minta seluruh hal yang berkaitan dengan mereka orang misterius itu beserta dokumen2 yang diserahkan oleh mereka ke anak anak yang telah disuntik

Hal tersebut tentunya membuat beberapa wali khawatir bukan kepalang, bingung, sedih, tak bisa tidur, beberapa wali menghubungi kami dan meminita kami untuk membawa putra mereka ke rumah sakit untuk memastikan cairan apa yang dimasukkan kedalam tubuh mereka? Kami bilang kepada beliau, sebentar bapak ini sedang kita koordiniasikan dengan KBRI kota Amman terkait kejadian ini.

Setelah kami koordinasikan, pihak KBRI Amman menelusuri apakah benar ada program vaksin dari pemerintah Jordan kepada masyarakat Jordan dan non Jordan? Ternyata piihak KBRI mengkonfirmasi dan mendapatkan informasi bahwa benar ada program tersebut dari bagian keseatan kerajaan Jordan, dilakukan secara acak untuk warga Jordan dan non Jordan.

Persis seperti prasangka kami sebelumnya bahwa itu memang resmi, karena mereka tidak memungut apapun, dan melakukan itu dengan gratis, juga mereka para petugas itu mau dan senang hati diajak foto bersama dengan para mahasiswa penghuni rumah tersebut, mendengar kabar ini tentunya kami merasa lega, karena kekhawatiran kami teradap cairan misterius tersebut jelas sudah.

Tiba di hari pertama di rumah mahasiswa langsung saya gunakan untuk mencuci baju baju kotor saya, kebetulan rumah yang kami gunakan lengkap vasilitasnya, ada TV, AC, kulkas, pemanas air, mesin cuci, sofa, ranjang, lemari, dapur, semuanya lengkap kap kap. Mesin cuci yang tersedia di rumah ini adalah mesin cuci front loading, saya lihat diatasnya ada sabun cair, ada tulisan munadzzif wa muattthir (pembersih dan pewangi) tanpa pikir panjang saya gunakan sabun itu untuk mencuci, namun besoknya baru saya sadari kalau sabun itu ternyata adalah sabun pel… wkwkwkwk, baru nyadar ternyata ada gambar lantai dan gambar pel dibawah tulisan pembersih dan pewangi.

Setelah istrirahat sebentar siang harinya kami pergi keluar bersama anak-anak untuk menukarkan uang dan beli kartu perdana, siang hari ini kami menyusuri jalanan Irbid di samping kampus, kami beli beberapa makanan dan minuman dan kami baca harga-harga barang di toko, kesimpulan kami : harga makanan, minuman, dan barang barang lain, sama seperti harga-harga di kota besar seperti Jakarta dan Bandung, sama persis, biaya hidup juga sama persis seperti hidup di kota kota tersebut.

Pak, lebih spesifiknya bagaimana pak berapa harga ini itu? Oke sebagai contoh ada papan reklame besar di pinggir jalan 4 potong ayam, tambah kentang goring, tanpa bawag goring, harganya hanya 2,75 dinar, atau sekitar 60 ribu rupiah, itu kalau di pinggir jalan, kalau masuk jalan dan masuk gang ada tempat makan namanya dale, jual ayam goreng krispi searga 2,75 dinar dapat 8 potong jadi 60 rb dapat 8 potong ayam plus kentang goreng yang sangat banyak.

Terus ada sandwich kibdah (hati) dengan setengah piring hati (iya beeetul setengah piring besar) dengan roti arab (eisy) dengan bumbu bumbu arab, seharga kalau dirupiahkan 30rb rupiah, sangat sangat kenyang karena porsi jumbo. Air mineral kecil 5 rb rupiah. Bahkan ada produk yang jauh lebih mura daripada di Indonesia, yaitu yoghurt, harga yoghurt disini sangat sangat murah… yoghourt besar seharga 6rb rupiah, kalau misalkan di indo sekitar 30an rb.

Kemudian ada produk-produk susu yang juga sangat murah, di Carrefour saat malam hari kami jalan jalan ke Carrefour kami menemukan produk susu jika dirupiahkan per kotak susu besar 1 liter harga anya 15rb rupiah. Di mallnya pun barang barang branded harganya persis sama dengan mall mall yang ada di Jakarta, kesan Jordan yang biaya mahal sirna seketika, kesimpulan kami adala harga harga barang dan jasa sama persis dengan di Indonesia, untuk tariff taksi juga wajar, perjalanan ke Carrefour yang lumayan gak terlalu jauh namun juga gak terlalu dekat, sekitar 5 Km biayanya hanya 1,5 dinar, atau sekitar 30rb dijka dirupiahkan.

Selepas dari Carrefour kami pulang ke kediaman mahasiswa, kami merencanakan besok kami mengadakan acara dengan keluarga mumtaza yordania, kami akan kumpul semua Mumtaza Yordania yang ada di Irbid.

Malam hari kami tutup dengan menulis tulisan ini dan bobok untuk persiapan esok pagi. Kira-kira bagaimana kegiatan besok pagi? Simak terus laporannya, dan stay tuned ya….. eheheheh