Episode 3 : Hari ketiga part 3

Terkuaknya misteri bagasi misterius, dan sambutan keluarga besar mumtaza di bandara.

Kami adalah rombongan terakhir yang masuk pesawat karena urusan bagasi yang telah kami ceritakan di part sebelumnya, sesaat setlah kami duduk, pesawat langsung meninggalkan tempat parkirnya menuju landasan pacu untuk terbang, saya duduk di kursi 29 B samping saya persis adalah alex warga Negara Kanada, kami sempat kenalan dan foto selfie berdua.

Saya : Where do you go sir? tanyaku

Alex : My heading? I  go to Saudi to do some work, and you?

Saya : To Jordan for travelling

Alex : Ah nice….

Saat saya ceritakan bahwa nama saya adalah budi, dia langsung bilang : I remember one thing that remind me of your name. dia menunjukkan fotonya memakai kaos bertuliskan ini budi, ini ibu budi, ini bapak budi, ini adik budi, ini kakak budi. Wkwkwk….  Saya bilang kepadanya : budi is common name in indonesia you will find more budis if you stay longer here, just like alex your name… it is common name iin western country right?

Alex ini dalam sekitar 7 jam penerbangan dia habis 3 botol wine kecil, 1 botol habis langsuang dia panggil pramugari minta lagi, habis minta lagi, wih keren ini orang, minum terus apa nggak plempeken ya? Kecanduan alcohol banget ini alex

Nah sekarang aku ceritakan ini tentang kondisi laptop tercintaku… saat itu laptop saya gunakan untuk menulis catatan perjalanan dari awal keberangkatan kami di pondok, di pesawat saat asik nulis dan sudah dapat tulisan yang panjang, datanglah pramugari menawarkan minuman, di belakangnya juga datang menawarkan makanan dengan pilihan menu ayam dan ikan, sasat itulah laptop saya matikan, aman aman saja. Eh setelah makan lha kok saya nyalakan nggak bisa lagi, aduuuh… terhentilah tulisan hari pertama dan kedua, itulah alasan mengapa tulisan ini dimulai pada hari ketiga, karena tulisan hari pertama dan kedua hilang… hehehehe

Setelah 6 jam 50 menit penerbangan, kami tiba di Muscat ibu kota Oman, kesan saya terhadap bandara ini adalah bandara yang bagus, rapi, bersih, tak kalah dengan bandaraa Etihad di abu dhabi, cara transit, dan suasana bandara sama persis dengan suasana transit di Negara teluk lain, singkat cerita Oman Air dengan bandaranya di Muscat adala maskapai yang underrated, melihat kualitas pesawat, kualitas makanan, keramahan pramugari, fasilitas bandara dan desain bandara adalah bintang lima, hanya saja image yang terbentuk tentangnya belum setingkat dengan kasta Negara teluk lain seperti Qatar, dan Uni Emirat Arab.

Transit kami adalah transit yang singkat, yaitu hanya 2 jam 40 menit, saat transit itulah kami bagikan boarding pass dan kami bagikan stiker bagasi, setelah itu berangkatlah kami menuju Amman, perjalanan dari Muscat ke Amman hanya 3 jam 5 menit, menggunakan pesawat boeing 737, saya hapal betul itu pesawat apa karena saya pecinta dirgantara, maklum dulu cita cita jadi pilot pesawat tempur yang belum kesampaian…. hehee…. Saya tahu pesawat itu adalah boieng 737dari hadilnramalan bintang… wkwkwk… eh nggak ding, maksudnya dilihat dari bentuk hidung, dan desain kokpit yang khas. Selama perjalanan menuju Amman ini adalah perjalanan yang lancer tanpa ada turbulensi pesawat yang berarti. Singkat cerita tibalah kami di Amman pukul 12.30 dini hari tanggal 10 September.

Turun dari pesawat kami langsung menuju bagian imigrasi, tak ada masalah yang di imigrasi bahkan kami disambut dengan baik oleh petugas imigrasi, urusan imigrasi tidak dipersulit bahkan dipermudah. hawong pengungsi dari Syiria yang ke Jordan saja difasilitasi dengan baik, apalagi kami yang datang untuk belajar?

Selepas dari imigrasi, kami langsung menuju ruang pengambilan bagasi, disinilah kami mengambil semua bagasi kami, dan disinilah kami mengececk sebenarnya tas siapa yang masuk atas nama salah satu mahasiswi sehingga mahasiswi tersebut tasnya harus tertinggal tidak bisa masuk kecuali harus bayar?

Jadi singkat cerita salah satu sebab kami overweight sehingga kami harus bayar, salah satu penyebab selain dari anak-anak sendiri yang memang bagasinya over dan pengen bawa gunung bromo masuk ke dalam bagasinya, itu dikarenakan ada salah satu mahasiswi berinisial X (kalau x ini namanya bukan inisial tapi sensor… wkwkwkk) yang memiliki 2 tas koper, masing masing tas beratnya 15 Kg. jadi kalau 2 koper ya beratnya 30kg dan itu sebenarnya lancar saja dan ndak ada masalah

Yang jadi masalah adalah saat sala satu koper yang beratnya 15 kg ini ditimbang, ketahuanlah itu bahwa berat bagasinya hanya 15 kg, namun sebelum koper kedua dimasukkan dan ikut serta ditimbang datanglah seseorang (siapakah orang itu? juga kita sensor wkwkwk) memberikan kepada pihak handling bandara ini lo tasnya jika bagasinya masih ada space 15kg. nah ternyata tas yang ikut dimasukkan kedalam timbangan itu bukanlah tas si mahasiswi X itu, namun tas mahasiswa berinisial Y.

Sehingga tas kedua si mahasiswi X yang seharusnya masuk bagasi itu digantikan oleh mahasiswa Y. karena memang mahasiswa Y ini over bagasinya dan dikiranya tas si mahasiswi X hanya 1 yang seberat 15 kg itiu….. padahal ada 2…. Nah tas kedua inilah akirnya tertinggal dan harus bayar biaya bagasi tambahan.

Setiba di Amman kami telusuri lah itu, siapakah tas misterius yang menggantikan si mahasiswa X? ternyata dan ternyata jreng jreng jreng….. didapati bahwa itu adalah… yak betul itu adalah tas mahasiswa Y…. hehehehe tapi inti itu semua bukanlah tas si mahasiswa Y yang salah… karena memang mayoritas anak anak pada over bawaannya, sehingga kami kesulitan mengatur bagaimana cara masuk bagasinya, adapun tas mahasiswi X hanyalah “korban” bukan atas kesalahan mahasiswa Y, namun kesalahan para mahasiwa yang ingin membawa gunung tangkuban perahu ke dalam bagasinya… wkwkwkwk

Oke sudah… singkat cerita bagasi beres, keluarlah kami ke halaman bandara, di bandara kami serasa tamu istimewa, karena kami disambut oleh keluarga Mumtaza Yordania yaitu kakak kelas yang sudah lebih dulu berada disana, kami juga disambut langsung oleh presiden HPMI dan wakil Presiden HPMI, untuk mahasiswa Mu’ta langsung diajak menuju Mu’tah, sedangkan mahasiswa UJ dan Yarmouk diajak mampir oleh tim penjemputan di rumah makan Yaman hadramaut, nasi biryani dengan ayam mandi, joz matoh jaya tenan lah…

Ini ada cerita nih… saat menunggu menu diantarkan kepada kami, itu para calon maasiswa University Of Jordan (UJ) dikumpulkan oleh senior dari HPMI, dibilangin blab la bla… dikasih tahu kalau dari 70 mahasiswa UJ 20 diantaranya mendapatkan peringatan dari kampus karena prestasi mereka yang dibawah standar, dan bla bla la yang lainnya, selepas keluar dari makan bersama itu para mahasiswa UJ menyalami saya seraya bilang : kami butuh support ustadz, seketika saya langsung paham. Oh iya mereka baru datang bukan malah di support tapi malah ditakut takuti, sehingga banyak yang down

Bahkan ada diantara mereka yang cerita ke orang tuanya apa yang diceritakan oleh senior HPMI tersebut, sehingga orangtua menghubungi kami bahwa beliau kawatir bahwa putranya tidak sanggup menjalani perkuliahan di UJ, segera setelah itu saya buat tulisan penjelasan kepada para wali yang putra putrinya kuliah di UJ dan kepada para mahasiwa UJ yang isi tulisannya sebagai berikut :

Jadi ceritanya gini :

Semalam saat makan di Hadramaut itu saya sempat duduk bareng kakak kelas antum yg dari UJ, saya dengar apa yg disampaikan kepada antum

Saat itu dikumpulkan antum yg kuliah di UJ, dan dibilangin bahwasanya UJ susah bla bla bla… antara mahasiswa asing dan arab disamakan, seolah2 UJ itu momok… antum takut, antum down, antum ceritakan itu ke orang tua, orang tua juga langsung nangis, khawatir, takut.

Ada beberapa point yg jadi catatan

1. Sikapilah perkataan tsb sebagai motivasi, motivasi bahwa saya nggak boleh santai santai… ini UJ harus saya taklukkan.

Bukan malah down

Ibaratnya antum tahu lawan yg akan antum hadapi siapa? sehingga antum tahu persiapan apa yang harus antum lakukan.

2. Banyak sekali kakak kelas antum yg di mumtaza dulu bahasa arabnya lemah, tapi setelah sampai jordan dengan sistem perkuliahan jordan yg wajib absen menjadikan mereka matang seiring perkembangan waktu bahkan bisa mengikuti

3. Yang namanya kakak kelas itu punya jiwa “songong” apalagi ke adik kelas….. mereka ingin menunjukkan kepada antum bahwa : inilo saya bisa menghadapi UJ, diceritakanlah itu UJ dengan segala keseramnnya untuk menaikkan reputasinya dimata antum bahwa dia seolah olah bisa menghadapi UJ.

4. Saya dengar sendiri semalam, bahwa dari 70 mahasiswa UJ, 20 mendapat indzar, pengawasan dari pihak kampus terhadap prestasi

Coba dipakai matematikanya, dari 70 orang yang dapat indzar  hanya 20 orang, kira kira nih ya… banyakan mana yg kuliahnya lancar sama kuliahnya nggak lancar? Ya jelas banyak yg berhasil menghadapi UJ lah, 50 orang berhasil lancar, srmentara hanya 20 yg dapat indzar.

5. Kalau mau perbandingan : zaman saya dulu di Al azhar, zaman saat kuliah menjadinseleksi alam, 60 persen mahasiswa rosib, 40 persen najah. Itu artinya jika dibandingkan dengan Al azhar di zaman saya, azhar jauh lebih mengerikan dibanding UJ.

7. Sekarang dibalik premisnya dari 70 orang yg kuliah di UJ 50 orang berhasil dengan lancar… itu artinya yg lancar jauh lebih banyak daripada yg nggak lancar.

Begitulah isi tulisan saya

Saat makan bersama di restoran Hadramaut ini kami duduk bersama presiden HPMI, dari pembicaraan dengan presiden HPMI pimpinan pondok menyampaikan bahwa sebenarnya Jordan ini tidak layak menyandang status “alternative mesir” bagaimana maksudnya? Jadi yang ada di pikiran calon maasiswa timur tengah tujuan awal mereka ya pengen kuliah di mesir, namun karena tidak lulus akhirnya pindah ke Jordan, sehingga menempatkan Jordan sebagai perkuliahan kasta kedua setelah mesir, menempatkan Jordan sebagai tujuan alternative jika mesir gagal.

seharusnya tidak seperti itu, meliat dari system kampus yang menerapkan tugas kuliah dan absen ketat, mahasiswa dipaksa aktif ikut kuliah bahkan beberapa mahasiswa di mumtaza yang saat dimumtaza hanya numpang makan dan tidur tidak pernah mau ikut belajar, mereka di Jordan justru terpaksa harus datang ke kampus, dan kami menyaksikan langsung perubaan itu, bagaimana kemampuan bahasa dan kemampuan interaksi mereka dengan orang orang Jordan, luar biasa pesat.  Ditambah dengan suasana kota Amman yang teratur, rapi, indah dan bagus, menjadikan Jordan seharusnya menjadi prioritas dan bukan menjadi alternative.

Perbincangan kami dengan HPMI berlanjut sampai makan selesai, dari situlah kami menjalin keakraban yang dalam dengan HPMI sebagai induk organisasi mahasiswa Indonesia di Jordan. Selepas makan kami lanjutkan perjalanan kami menuju Irbid untuk tinggal langsung bersama mahasiswa Irbid.

Bagaimana suasana kota Irbid? Bagaimana hidup disana? Bagaimana kondisi kampus dsb kita lanjutkan besok… okey….. stay tuned ya gaes….